Sejarah dan Perkembangan Qasidah
Seni qasidah lahir bersamaan dengan kelahiran Islam. Untuk pertama kalinya, qasidah ditampilkan oleh kaum Anshar (penolong Nabi Muhammad saw. dan sahabat-sahabatnya dari kaum Muhajirin dalam perjalanan hijrah dari tanah kelahirannya (Makkah) ke Yatsrib (Madinah). Pada saat itu beberapa kaum Anshar menyambut kedatangan Nabi dan mendendangkan lagu-lagu pujian diiringi dengan lantunan musik rebana. Lagu-lagu pujian saat itu pun melegenda hingga hari ini sebagai lagu klasik dan masih dapat dinikmati hingga sekarang. Sebagai contoh dari lagu-lagu pujian itu adalah sebagai berikut:
Ya Nabi, keselamatan untukmu
Ya Rasul, keseamatan untukmu
Ya Kekasih, keselamatan untukmu
Engkaulah matahari, engkaulah rembulan
Engkau cahaya di atas cahaya
Engkau penerang kegelapan
Engkau pelita penerang hati
Seni qasidah pun biasa dipergunakan pada acara Marhaban, yaitu acara menyambutkelahiran bayi serta pada acara cukuran bayi yang berumur 40 hari, dan pada hari besar Islam lainnya.
Berbeda dengan jenis-jenis musik dan lagu yang tumbuh dalam budaya Indonesia,qasidah merupakan kesenian yang diapresiasi oleh kalangan ulama dan pesantren.Dimana dalam hal berkesenian, kalangan ulama dan pesantren dapat dikatakan kurangmenerima jenis kesenian lainnnya, bahkan cenderung mengharamkan. Sehingga dengankondisi seperti ini dapat dipahami jika kesenian qasidah lebih banyak berkembang padamasyarakat yang memiliki ciri budaya Islam yang kental seperti di pesantren-pesantren.Dalam hal ini di Propinsi Banten dengan ciri busaya pesantren yang masih kental, makakesenian qasidah dapat hidup dan terus bertahan dari waktu ke waktu.
Dari segi isi syair lagu-lagu pada seni qasidah, para ulama membuat batasan, bahwa lagu qasidah haruslah mengandung pesan-pesan sebagai berikut:
Mendorong keimanan kepada Allah dan Hari Akhir;
Mendorong orang untuk beribadah dan taat terhadap Allah serta Rasulnya.
Mendorong orang untuk berbuat kebajikan dan menjauhi ma’shiyat.
Mendorong orang untuk bertindak amar ma’ruf dan nahyi munkar.
Mendorong orang agar memiliki etos kerja tinggi dan berjiwa patriotis.
Mendorong orang agar menjauhi gaya hidup mewah serta berbuat riya.
Tidak menampilkan pornografi maupun porno-aksi dan menggugas syahwat.
Tidak menampilkan syair yang cengeng sehingga membuat orang malas bekerj a.
Qasidah sebagai salah satu bentuk kesenian dapat bertahan sejak mulai berkembang di daerah ini hingga sekarang. Dari waktu ke waktu grup-grup qasidah selalu datang silihberganti. Jenis kesenian ini dari yang masih asli yaitu menggunakan alat musik rebanadan kecrek hingga pada bentuknya yang bercampur musik modern dapat terusberkembang. Bahkan bentuk qasidah yang asli masih kuat dipertahankan oleh kaummuslimin, termasuk daerah Propinsi Banten. Tahun 2002 di Propinsi Banten terdaftartidak kurang dari 83 grup Qasida yang tersebar di seluruh kota dan kabupaten.
Pernah juga muncul qasidah modern, yaitu grup Rofiqoh Dartowahab merupakan grup Qasidah yang pernah popular di negeri ini. Setelah ketenaran grup ini mulai pudar muncul pula grup lain yaitu grup Nasyidaria (dari kota Semarang) hingga sempat pula mengenyam masa kepopulerannya, kemudian meredup kembali. Demikianlah Qasidah-qasidah modern ini datang dan pergi silih berganti. Namun tetap saja seni qasidah baik yang mempertahankan bentuk seninya yang asli maupun seni qasidah yang sudah dimodernisir dapat bertahan dengan pengemarnya masing-masing.
Alat musik Rebana 1 set alat musik Qasidah terdiri dari :
Seni Qasidah, Bertahan Ditengah Persaingan Industri Musik
Seni musik qasidah atau irama gambus merupakan seni yang bernuansa Islam. Jenis musik ini
dikenal juga dengan sebutan musik padang pasir. Sebutan ini mengingat seni musik qasidah
bercirikan lagu-lagu dari Arab.
PERKEMBANGAN seni musik qasidah ini cukup pesat sekitar era tahun 70- 80 an. Lagu-lagu qasidah seperti Perdamaian, Indung-indung, atau Jilbab-jilbab Putih masih populer di kalangan masyarakat. Seiring dengan itu, pertumbuhan grup qasidah juga banyak bermunculan. Namun demikian, seiring dengan perkembangan industri musik, mulai tahun 90-an, perlahan-lahan musik qasidah mulai meredup. Bahkan hingga era tahun 2000-an
hingga kini musik qasidah belum bisa menggeser musik Islami seperti musik nasyid, dan pop Islami. Harus diakui, musik religius makin
kondusif dengan hadirnya nasyid. Terutama setelah muncul kelompok vokal Raihan dari Malaysia yang turut mempopulerkan nasyid yang ngepop dan easy listening sekitar tahun
1996. Tak lama kemudian, grup nasyid
asal Malaysia pun membanjiri Indonesia.
Sebut saja Rabbani, Hijjaz, Brothers, In-Team, atau The Zikr dan masih banyak lagi.
Grup nasyid domestik yang mengemas
lirik religius dengan pendekatan pop juga kian berkibar. Ada Senandung Nasyid dan Dakwah alias Snada, Suara Persaudaraan, Izzatul Islam,
ar-Ruhul Jadid, atau Shoutul Harakah. Oya, Ruhul Jadid dan Izzatul Islam terkenal sebagai grup nasyid yang mengobarkan semangat
juang. Sejak saat itu, popularitas nasyid
kian booming. Bagi remaja muslim,
nasyid udah jadi bagian dari keseharian
mereka. Gimana nggak, dengan variasi jenis musik, nasyid kini mampu mewakili budaya remaja
yang beragam. Semua aliran musik mampu diselami grup-grup nasyid baru. Dari yang nge-pop, mars yang menggugah semangat, melankolis, sampai yang rap dan hip-hop.
Lalu bagaimana perkembangan musik qasidah di Banten? Ketua Lembaga Seni Qasidah Indonesia (Lasqi) Provinsi Banten Inu Aminudin mengungkapkan, masyarakat Banten sejak
dulu sangat menggandrungi seni musik qasidah. Namun demikian, harus diakui kata dia, penghargaan terhadap pelaku seni musik qasidah
belum muncul. Akibatnya, pelaku seni musik qasidah belum bisa hidup dari hasil bermusik qasidah. ”Kalau mengandalkan penghasilan
dari qasidah tentu tidak mencukupi.
Oleh karena itu, banyak grup-grup qasidah
yang jatuh bangun. Bertahan saja sudah cukup bagus,” kata pimpinan Grup Qasidah Modern El-Balasqi ini. Menurut dia, hal ini berbeda dengan di provinsi lain, terutama di Sumatera.
Ia menyatakan, penghargaan masyarakat
terhadap musik qasidah sangat tinggi sehingga personilnya mampu hidup dari bermain qasidah.
Inu menyatakan, hal yang membuat grup-grup musik qasidah bisa bertahan lebih karena aktualisasi terhadap jiwa seninya. Menurut Inu, dirinya mengakui jika musik qasidah bagian
dari ”ruh” perjalanannya dalam bermain musik sejak SMP hingga sekarang.
Seni qasidah lahir bersamaan dengan kelahiran Islam. Untuk pertama kalinya, qasidah ditampilkan oleh kaum Anshar (penolong Nabi Muhammad saw. dan sahabat-sahabatnya dari kaum Muhajirin dalam perjalanan hijrah dari tanah kelahirannya (Makkah) ke Yatsrib (Madinah). Pada saat itu beberapa kaum Anshar menyambut kedatangan Nabi dan mendendangkan lagu-lagu pujian diiringi dengan lantunan musik rebana. Lagu-lagu pujian saat itu pun melegenda hingga hari ini sebagai lagu klasik dan masih dapat dinikmati hingga sekarang. Sebagai contoh dari lagu-lagu pujian itu adalah sebagai berikut:
Ya Nabi, keselamatan untukmu
Ya Rasul, keseamatan untukmu
Ya Kekasih, keselamatan untukmu
Engkaulah matahari, engkaulah rembulan
Engkau cahaya di atas cahaya
Engkau penerang kegelapan
Engkau pelita penerang hati
Seni qasidah pun biasa dipergunakan pada acara Marhaban, yaitu acara menyambutkelahiran bayi serta pada acara cukuran bayi yang berumur 40 hari, dan pada hari besar Islam lainnya.
Berbeda dengan jenis-jenis musik dan lagu yang tumbuh dalam budaya Indonesia,qasidah merupakan kesenian yang diapresiasi oleh kalangan ulama dan pesantren.Dimana dalam hal berkesenian, kalangan ulama dan pesantren dapat dikatakan kurangmenerima jenis kesenian lainnnya, bahkan cenderung mengharamkan. Sehingga dengankondisi seperti ini dapat dipahami jika kesenian qasidah lebih banyak berkembang padamasyarakat yang memiliki ciri budaya Islam yang kental seperti di pesantren-pesantren.Dalam hal ini di Propinsi Banten dengan ciri busaya pesantren yang masih kental, makakesenian qasidah dapat hidup dan terus bertahan dari waktu ke waktu.
Dari segi isi syair lagu-lagu pada seni qasidah, para ulama membuat batasan, bahwa lagu qasidah haruslah mengandung pesan-pesan sebagai berikut:
Mendorong keimanan kepada Allah dan Hari Akhir;
Mendorong orang untuk beribadah dan taat terhadap Allah serta Rasulnya.
Mendorong orang untuk berbuat kebajikan dan menjauhi ma’shiyat.
Mendorong orang untuk bertindak amar ma’ruf dan nahyi munkar.
Mendorong orang agar memiliki etos kerja tinggi dan berjiwa patriotis.
Mendorong orang agar menjauhi gaya hidup mewah serta berbuat riya.
Tidak menampilkan pornografi maupun porno-aksi dan menggugas syahwat.
Tidak menampilkan syair yang cengeng sehingga membuat orang malas bekerj a.
Qasidah sebagai salah satu bentuk kesenian dapat bertahan sejak mulai berkembang di daerah ini hingga sekarang. Dari waktu ke waktu grup-grup qasidah selalu datang silihberganti. Jenis kesenian ini dari yang masih asli yaitu menggunakan alat musik rebanadan kecrek hingga pada bentuknya yang bercampur musik modern dapat terusberkembang. Bahkan bentuk qasidah yang asli masih kuat dipertahankan oleh kaummuslimin, termasuk daerah Propinsi Banten. Tahun 2002 di Propinsi Banten terdaftartidak kurang dari 83 grup Qasida yang tersebar di seluruh kota dan kabupaten.
Pernah juga muncul qasidah modern, yaitu grup Rofiqoh Dartowahab merupakan grup Qasidah yang pernah popular di negeri ini. Setelah ketenaran grup ini mulai pudar muncul pula grup lain yaitu grup Nasyidaria (dari kota Semarang) hingga sempat pula mengenyam masa kepopulerannya, kemudian meredup kembali. Demikianlah Qasidah-qasidah modern ini datang dan pergi silih berganti. Namun tetap saja seni qasidah baik yang mempertahankan bentuk seninya yang asli maupun seni qasidah yang sudah dimodernisir dapat bertahan dengan pengemarnya masing-masing.
Alat musik Rebana 1 set alat musik Qasidah terdiri dari :
- 3 rebana kotek
- 1 rebana selo
- 3 rebana bass (bass 1, bass 2 bass 3)
- 2 Tamborin
- 1 tamtam.
- 3 orang sebagai pemain rebana kecil yang berfungsi sebagai melodi atau pengatur lagu.
- 4 orang sebagai pemain pemegang rebana besar : dari ukuran rebana ke-4 hingga ke-7 ukurannya bertambah besar, sehingga rebana ke-7 merupakan yang paling besar.
- 1 orang pembawa alat musik kecrek/tamborin yang bertugas mengiringi tabuhan ke-7 rebana tersebut.
Seni Qasidah, Bertahan Ditengah Persaingan Industri Musik
Seni musik qasidah atau irama gambus merupakan seni yang bernuansa Islam. Jenis musik ini
dikenal juga dengan sebutan musik padang pasir. Sebutan ini mengingat seni musik qasidah
bercirikan lagu-lagu dari Arab.
PERKEMBANGAN seni musik qasidah ini cukup pesat sekitar era tahun 70- 80 an. Lagu-lagu qasidah seperti Perdamaian, Indung-indung, atau Jilbab-jilbab Putih masih populer di kalangan masyarakat. Seiring dengan itu, pertumbuhan grup qasidah juga banyak bermunculan. Namun demikian, seiring dengan perkembangan industri musik, mulai tahun 90-an, perlahan-lahan musik qasidah mulai meredup. Bahkan hingga era tahun 2000-an
hingga kini musik qasidah belum bisa menggeser musik Islami seperti musik nasyid, dan pop Islami. Harus diakui, musik religius makin
kondusif dengan hadirnya nasyid. Terutama setelah muncul kelompok vokal Raihan dari Malaysia yang turut mempopulerkan nasyid yang ngepop dan easy listening sekitar tahun
1996. Tak lama kemudian, grup nasyid
asal Malaysia pun membanjiri Indonesia.
Sebut saja Rabbani, Hijjaz, Brothers, In-Team, atau The Zikr dan masih banyak lagi.
Grup nasyid domestik yang mengemas
lirik religius dengan pendekatan pop juga kian berkibar. Ada Senandung Nasyid dan Dakwah alias Snada, Suara Persaudaraan, Izzatul Islam,
ar-Ruhul Jadid, atau Shoutul Harakah. Oya, Ruhul Jadid dan Izzatul Islam terkenal sebagai grup nasyid yang mengobarkan semangat
juang. Sejak saat itu, popularitas nasyid
kian booming. Bagi remaja muslim,
nasyid udah jadi bagian dari keseharian
mereka. Gimana nggak, dengan variasi jenis musik, nasyid kini mampu mewakili budaya remaja
yang beragam. Semua aliran musik mampu diselami grup-grup nasyid baru. Dari yang nge-pop, mars yang menggugah semangat, melankolis, sampai yang rap dan hip-hop.
Lalu bagaimana perkembangan musik qasidah di Banten? Ketua Lembaga Seni Qasidah Indonesia (Lasqi) Provinsi Banten Inu Aminudin mengungkapkan, masyarakat Banten sejak
dulu sangat menggandrungi seni musik qasidah. Namun demikian, harus diakui kata dia, penghargaan terhadap pelaku seni musik qasidah
belum muncul. Akibatnya, pelaku seni musik qasidah belum bisa hidup dari hasil bermusik qasidah. ”Kalau mengandalkan penghasilan
dari qasidah tentu tidak mencukupi.
Oleh karena itu, banyak grup-grup qasidah
yang jatuh bangun. Bertahan saja sudah cukup bagus,” kata pimpinan Grup Qasidah Modern El-Balasqi ini. Menurut dia, hal ini berbeda dengan di provinsi lain, terutama di Sumatera.
Ia menyatakan, penghargaan masyarakat
terhadap musik qasidah sangat tinggi sehingga personilnya mampu hidup dari bermain qasidah.
Inu menyatakan, hal yang membuat grup-grup musik qasidah bisa bertahan lebih karena aktualisasi terhadap jiwa seninya. Menurut Inu, dirinya mengakui jika musik qasidah bagian
dari ”ruh” perjalanannya dalam bermain musik sejak SMP hingga sekarang.
No comments:
Post a Comment