Saturday, March 9, 2019

Pengantar Bisnis


MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DAN K3

ž  Persediaan Bahan Baku
Pengertian Persediaan  Bahan Baku
Menurut Prazwirosentono (2001, Manajemen Operasi Analisis dan Studi Kasus) persediaan adalah kekayaan lancar yang terdapat dalam perusahaan dalam bentuk persediaan bahan mentah (bahan baku / material), barang setengah jadi dan barang dalam proses.
Tujuan pengendalian persediaan bahan baku antara lain:
  1.  Menjaga agar barang dagangan jangan sampai kekurangan.
  2. Menjaga agar perusahaan jangan sampai menghentikan kegiatan usahanya. Menjaga agar perusahaan jangan sampai mengecewakan langganannya.
  3.  Mengatur jangan sampai jumlah pengadaan barang dagangan kekurangan atau kelebihan. Persediaan bahan dalam jumlah besar mengandung banyak risiko dan masalah seperti berikut.
            a. Risiko hilang dan rusak.
            b. Biaya pemeliharaan dan pengawasan yang tinggi.
            c. Risiko usang.
            d. Uang yang tertanam di persediaan terlalu besar.
Kelemahan jika persediaan bahan baku terlalu sedikit, antara lain:
a. Risiko kehabisan persediaan yang dapat merugikan perusahaan.
b. Menghambat kelancaran proses produksi dan mengakibatkan
    ketidakstabilan kualitas dan kuantitas produk.
c. Frekuensi pembelian bahan baku sangat tinggi justru memboroskan
    dana pengadaannya.
d. Jarang mendapatkan diskon pembelian karena jumlah pembelian
     selalu kecil.
e. Pada umumnya wirausaha menggunakan cara tradisional dalam
    mengelola persediaan bahan baku, yaitu dengan memiliki persediaan
    minimal untuk mendukung kelancaran proses produksi. 


Fungsi Persediaan
Beberapa fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan, antara lain sebagai berikut :
a. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau
    barang yang dibutuhkan perusahaan.
b. Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga
    harus dikembalikan.
c. Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
d. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman
Perlunya Persediaan Bahan Baku
  1. Bahan baku yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan proses produksi dari perusahaan tidak akan dapat dibeli atau didatangkan secara satu persatu dalam jumlah unit yang diperlukan serta pada saat bahan tersebut akan dipergunakan untuk proses produksi perusahaan.
  2. Untuk menghindarkan diri dari keadaan kekurangan bahan baku tersebut, manajemen perusahaan dapat saja memutuskan untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku di dalam jumlah unit yang cukup banyak.
Beberapa Kerugian yang akan Dapat Diderita oleh Perusahaan Sehubungan dengan Penyelenggaraan Persediaan Bahan Baku yang Terlalu Besar antara lain :
  1. Biaya penyimpanan atau pergudangan yang akan menjadi tanggungan perusahaan menjadi semakin besar.
  2. Penyelenggaraan persediaan bahan baku yang terlalu besar akan berarti harus mempersiapkan dana yang cukup besar pula untuk mengadakan pembelian bahan.
  3. Apabila persediaan bahan baku yang disimpan di dalam perusahaan yang bersangkutan mengalami kerusakan atau mempunyai perubahan-peruabahan kimiawi sehingga tidak dapat dipergunakan, maka kerugian perusahaan akan menjadi semakin besar dengan semakin besarnya jumlah unit bahan baku yang disimpan dalam perusahaan.
  4. Apabila perusahaan mempunyai persediaan bahan baku yang sangat besar, maka terjadinya penurunan harga pasar akan merupakan suatu kerugian yang tidak sedikit di dalam perusahaan. Walaupun di dalam hal ini dapat saja terjadi kenaikan harga pasar dari bahan tersebut, dimana hal ini dapat menguntungkan bagi perusahaan.

Faktor yang Mempengaruhi Persediaan
  1. Jumlah dana yang tersedia
  2. Lead time
  3. Frekuensi penggunaan
  4. Daya tahan persediaan
Apabila dilihat dari tipe persediaan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi setiap tipe persediaan, seperti:
  1. Bahan mentah
  2. Barang dalam proses
  3. Barang jadi

ž  Teori-Teori Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengertian Keselamatan Kerja
  1. Budiono (2003) keselamtan kerja merupakan ilmu dan penerapan yang terkait dengan mesin, alat, bahan dan proses kerja guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan seluruh aset produksi agar terhindar dari kecelakaan kerja atau kerugian lainya.
  2. Keselamatan kerja merupakan usaha tindakan pengamanan proses produksi, menjamin agar setiap orang yang berada ditempat kerja senantiasa dalam kondisi aman. Keselamatan kerja dapat membantu peningkatan produksi   (Suma’ mur, 2001:15)
  3. Keselamatan kerja merupakan rangkaiaan usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para pekerja yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan (Mangkunegara, 2001:163)
  4. Triyusliyanti (2007:245) menyatakan bahwa “ Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan “
Faktor – Faktor Keselamatan Kerja
Syafi’ i (2008:36), menyebutkan faktor – faktor dari keselamtan kerja adalah :
v  Lingkungan kerja secara fisik.
  1. Penempatan benda atau barang sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan atau mencelakakan orang – orang yang berada ditempat kerja atau sekitarnya. Penempatan dapat pula dilakukan dengan diberi tanda, batas – batas dan peringatan yang cukup.
  2. Perlindungan para pegawai atau pekerja yang melayani alat – alat kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan, dengan cara memberikan alat perlindungan yang sesuai dan baik. Perlengkapan perlindungan misalnya helm pengaman (helm safet), rompi keselamaatan (safety vest), sepatu keselamatan (safety boots), masker, penutup telinga dan sebagainya.
  3. Penyediaan perlengkapan yang mampu untuk digunakan sebagai alat pencegahan pertolongan dan perlindungan. Perlengkapan pencegahan misalnya : pintu/terowongan darurat, pertololongan apabila terjadi kecelakaan seperti : tabung oksigen, mobil ambulan dan sebagainya.
v  Lingkungan sosial psikologis
  1. Perlakuan yang adil terhadap semua pegawai atau pekerja tanpa membedakan agama, suku, kewarganegaraan, turunan dan lingkungan sosial.
  2. Perawatan ataau pemberian asuransi terhadap para pegawai yang melakukan pekerjaan berbahaya dan beresiko, yang kemungkinan terjadi kecelakaan kerja sangat besar.
  3. Masa depan pegawai terutama dalam keadaan tidak mampu lagi melakukan pekerjaan akibat suatu kecelakaan, baik fisik maupun mental.
  4. Keastian kedudukan dalam pekerjaan, hal ini merupakan salah satu jaminan bahwa orang – orang dalam organisasi itu dilindungi hak dan kedudukannya oleh peraturan. Faktor pegawai dijamin secara seimbang dengan kewajibannya.
Dasar Teori Kesehataan Kerja
Pengertian Kesehatan Kerja
    1. Mangkunegara (2001:161) menyatakan program kesehatan kerja menunjukan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang di sebabkan oleh lingkungan kerja
    2. Mangkunegara (2001:161) menyatakan program kesehatan kerja menunjukan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang di sebabkan oleh lingkungan kerja
    3. Kesehatan kerja diartikan sebagai aturan – aturan dan usaha untuk menjaga buruh dari kejadian atau keadaan perburuhan yang merugikan kesehatan dan kesesuaan dalam seseorang itu melakukan atau karena ia melakukan pekerjaan dalam satu hubungan kerja (Padminingsih, 2007:19)
Dimensi Kesehatan Kerja
    1. Sosial Wellness Maksudnya ini adalah bagaimana seseorang memberikan kontribusi untuk lingkungan mereka dan karyawan dan bagaimana ia membangun ruang hidup yang lebih baik dan jaringan sosial.
    2. Kerja Wellness Pengembangan kerja behubungan dengan sikap seseorang tentang pekerjaan seseorang dan mengakui kepuasan pribadi dan pengayaan dalam kehidupan seseorang melalui pekerjaan.Pilihan propesi, kepuasan, ambisi karir dan kinerja pribadi merupakan komponen penting dari dimensi ini. Kesehatan Spiritual Maksudnya kita mencari makna dan tujuan dalam eksistensi manusia.
    3. Intelektual Wellness Dimensi ini mengakui kegiatan kreatif dan merangsang seseorang mental serta memperluas pengetahuan dan keterampilan.
    4. Kesehatan Emosional Dimensi ini mencakup kemampuan untuk mengelola perasaan dan perilaku yang terkait termasuk penilaian realistis kebatasan seseorang, pengembangan otonomi dan kemampuan untuk mengatasi stres secara efektif.Emosional baik orang memiliki kemampuan untuk mengekspresikan perasaan bebas dan mengelola perasaan secara efektif.
    5. Lingkungan Wellness Dimensi ini mencakup kemampuan untuk mempromosikan tindakan kesehatan yang meningkatkan standar hidup dan kualitas hidup dimasyarakat, termasuk hukum dan lembaga yang melindungi lingkungan fisik.
    6. Fisik Wellness Dimensi ini adalah apa yang kita semua lakukan
    7.        dengan baik diklub kesehatan kita.
Faktor – Faktor Kesehatan Kerja
v              Menurut Syafi’ i (2008:38) adapun faktor – faktor dari kesehatan kerja adalah:
  1. Lingkungan kerja secara medis
  2. Sarana kesehatan tenaga kerja
  3. Sarana pemeliharaan kesehatan kerja
Dasar Hukum Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Hukum keselamatan dan kesehatan keja muncul untuk melindungi pekerja dari bahaya yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi (Ridley, 2006:2).
Faktor – Faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Manajemen keselamtan dan kesehatan kerja perlu adanya standarisasi dalam pengelolaan dan implementasi dari keselamatan dan kesehatan kerja. Lestari dan Triyulianti (2007) membagi faktor – faktor keselamtan dan kesehatan keja menjadi lima faktor. Faktor tersebut antara lain :
1)     Pelatihan keselamatan.
2)     Publikasi keselamatan.
3)     Kontrol lingkungan kerja.
4)     Pengawasan dan disiplin.
5)     Peningkatan kesadaran K3.
Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan yang diharapkan perusahaan dalam keselamatan dan kesehatan kerja diantaranya adalah mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, meningkatkan derajat kesehatan kerja dengan melakukan promosi kesehatan, menjaga status kesehatan dan kebugaran pekerja pada kondisi yang optimal, menciptakan sistem kerja yang aman mulai dari input proses sampai output, mencegah terjadinya kerugian (loss) baik moril maupun materil akibat terjadinya accident atau incident.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
ž  Pendekatan sistem pada manajemen K3 dimulai dengan pertimbangan tujuan keselamatan, teknik dan peralatan yang digunakan, proses produk dan perancanaan tempat kerja (Mangkunegara, 2001).
ž  Sistem manajemen K3 adalah bagian sistem manajemen secara keseluruahan yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna tecapainya lingkungan kerja yang aman, efisien dan produktif (Santoso, 2004).
ž  Peran Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Perusahaan
ž  Nasution (1994:251) Program K3 merupakan salah satu usaha untuk melindungi pekerja ditempat kerja. Dengan terlindungnya pekerja dari was – was keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan akan dapat meningkatkan efisiensi perusahaan melalui peningkatan produktivitas pekerja


No comments:

Post a Comment